Lompat ke konten

New Zealand ? Bukan ! Ini Padang Mangateh Payakumbuh

Sekilas peternakan ini seperti di New Zealand, padahal ini adalah Padang Mangateh Payakumbuh. Peternakan sapi dengan hamparan rumput yang luas yang berada tepatnya di Payakumbuh atau Jl. Padang Mengatas Kec. Luhak, Kab. Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

Kali ini saya berkesempatan untuk datang dan melihat secara langsung destinasi yang sedang hits di Sumatera Barat ini. Padahal sejatinya destinasi ini adalah Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT) dan bukanlah menjadi tempat umum. Namun karena viral di media sosial, mau tak mau banyak wisatawan yang mencoba datang dan masuk ke destinasi hits ini.

Uniknya, BPTUHPT Padang Mangateh ini sudah berdiri sejak Belanda mulai menjajah Indonesia. Mulai tahun 1916 hingga kini dengan berbagai kisah. Mulai menjadi peternakan, basis pertahanan ketika perang, dan berbagai macam kejadian bersejarah lainnya.

Terlepas dari itu semua saya pun mencoba mengunjungi peternakan ini hingga beberapa kali. Kunjungan berulang ini juga karena membawa teman-teman yang penasaran dengan tempat ini.

Singkat cerita, perjalananan pun dimulai saat pagi dengan cuaca gerimis mengundang. Dengan menggunakan sepeda motor kesayangan, tujuan kami datang lebih awal dikarenakan untuk menghindari banyaknya wisatawan yang mengunjungi tempat ini. Dengan menggunakan google maps, saya mulai memasuki base camp militer dengan medan jalan aspal menanjak. Jika diperhatikan, peternakan ini berada pada kaki Gunung Sago.

Terus berjalan, hingga akhirnya saya dan kedua teman saya berhenti di pos pemeriksaan. Di sini kami menjelaskan pula maksud kedatangan kami. Dengan menjelaskan secara singkat hingga terjadi obrolan ringan bersama bapak yang menjaga pos ini.

Dari informasi beliau, jika beberapa hari sebelum kami datang, destinasi ini sempat ditutup, sebab terlalu banyak orang yang berkunjung sehingga merusak peternakan dari segi ekosistem. Beliau juga mengatakan jika setiap wisatawan ataupun warga yang datang sudah di informasikan bahwa BPTUHPT bukanlah tempat umum. Saya sendiri datang ke lokasi ini juga bukan untuk main-main saja, tetapi juga karena meliput untuk salah satu media online di Pekanbaru.

Setelah ngobrol panjang, akhirnya saya dan 2 orang teman saya di izinkan dan boleh melanjutkan masuk ke peternakan. Terus mengikuti arah jalan hingga akhirnya menemui areal komplek perkantoran dan view peternakan sapi pada umumnya.

New Zealand ? Bukan ! Ini Padang Mangateh Payakumbuh

Pada saat saya datang, memang kendaraan baik sepeda motor tidak boleh masuk dan mengelilingi peternakan, walaupun pada kunjungan saya selanjutnya boleh. Pada akhirnya setelah saya dan teman memarkirkan motor, lalu melanjutkan dengan mengelilingi peternakan yang luas dengan lebih kurang 280 hektar ini.

Baca Juga :  Tak Terencana, Air Terjun Lubuak Bulan Wisata Lima Puluh Kota

Sebagai awal ketika mulai memasuki, kami sudah disambut dengan banyaknya sapi yang memang sedang di dalam kandang. Tampak pula seorang bapak-bapak dengan rambut yang tak lagi hitam yang sedang membersihkan sebagian kandang. Viola, beruntungnya kami ternyata beliau adalah Kepala Balai. Bapak Ir. Sugiono, MP.

Tak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya, saya dengan pedenya bertanya dan mengutarakan niat kami. Bapak Sugiono pun bercerita keluh kesah setelah peternakan ini viral. Dari banyak cerita, beliau sangat kecewa dengan banyaknya tindakan-tindakan yang tidak terpuji para pengunjung atau wisatawan yang datang.

“Saya sangat kecewa pada para pengunjung yang hadir di tempat ini, mereka seharusnya sadar jika tempat yang mereka datangi ini bukanlah tempat untuk umum ataupun tempat wisata. Padang Mengatas adalah sebuah peternakan, tempat untuk belajar dan bukan wadah untuk bermain – main ” Ir. Sugiono, MP.

Bukan tanpa alasan, kekecewaan beliau karena banyaknya ulah pengunjung yang tidak bertanggung jawab. Di areal peternakan banyak sampah rokok, plastik dan barang bawaan pengunjung yang dibuang seenaknya. Tak hanya itu, ulah pengunjung juga merusak rumput-rumput ataupun bagian-bagian yang sudah di pagari menjadi rusak.

Dan itu sangat berdampak dengan ekosistim yang ada di peternakan ini. Sebagai bukti, semenjak banyaknya pengunjung yang datang, banyak dari sapi yang ada di peternakan jatuh sakit hingga mati yang menjadi penyebabnya memakan sampah rokok dan plastik.

“Pada awal – awalnya sapi yang terlihat gemuk normal saja, tetapi rentang waktu beberapa hari, sapi-sapi tadi semakin kurus. Sapi tersebut lalu dilakukan diagnosa dan dari hasilnya diketahui penyebabnya karena banyak memakan sampah-sampah tadi” Ir. Sugiono, MP.

Peraturan sendiri bukan tidak ada, tetapi ada beberapa oknum petugas BPTUHPT yang nakal. Oknum tersebut membiarkan pengunjung masuk dengan menggunakan mobil dengan biaya tertentu pada pagi hari. Akibatnya dengan banyaknya kendaraan yang masuk membuat rumput-rumput rusak. Beliau yang mendengar hal itu pun ikut bersedih. Padahal sebelumnya, beliau pernah bertanya dengan petugas jaga untuk mengontrol pengunjung yang datang. Dari pengakuan beliau, pernah pada hari sebelum ditutup, pengunjung bisa datang hingga 1000 orang. Dan itu yang sangat ditakutkan oleh beliau dan akan berdampak lebih parah terhadap ekosistem.

New Zealand ? Bukan ! Ini Padang Mangateh Payakumbuh
Sapi yang jaga kandang

Sebaliknya, beliau juga tidak tega dan masih punya hati nurani. Apalagi baru kali ini melihat animo dan antusias pengunjung yang banyak datang dari luar kabupaten Lima Puluh Kota, Apalagi jika melihat panjangnya antrian di pos security.

Baca Juga :  Menikmati Indahnya Pesona Air Terjun Nyarai Lubuk Alung
New Zealand ? Bukan ! Ini Padang Mangateh Payakumbuh
Gerombolan Sapi

Dari obrolan tadi, beliau tetap akan kembali menutup destinasi ini untuk umum, sambil berpesan untuk meneruskan dan mensosialisasikan di dunia maya terkait para pengunjung yang menyalahi aturan. Beliau juga mohon di bantu untuk mengawasi dan memberikan pada pengunjung edukasi.

Selanjutnya kami pun memulau perjalanan kembali. Dengan berjalan kaki saja dengan cerita kami mulai menelusuri Padang Mengatas Payakumbuh. Sambil mengambil beberapa stock foto dan mencari ilham untuk memuat cerita ini.

New Zealand ? Bukan ! Ini Padang Mangateh Payakumbuh
Sapi yang sedang santai

Dengan jalan lebih kurang 2 km dari luar 280 hektar lahan, dan memiliki 3 jenis sapi yang diantaranya, sapi Limousine, sapi Simmental dan sapi lokal sapi pesisir. Dengan jumlah keseluruhan ada lebih kurang 2000an sapi.

New Zealand ? Bukan ! Ini Padang Mangateh Payakumbuh
Berswa foto

Sejauh mata kami memandang saat itu, kami dijamu dengan luasnya hamparan rumput hijau dengan ribuan sapi yang bebas berkeliaran pagi itu. Belum lagi ditambah dan dipercantik dengan background landscape gunung Sago yang menjulang tinggi dengan ditutupi sedikit kabut, tak lupa barisan bukit yang berjejer elok. Padang rumput yang luasnya tersebut dibelah oleh sebuah jalan menuju bukit.

New Zealand ? Bukan ! Ini Padang Mangateh Payakumbuh
Berkawat Berduri

Banyak sapi yang sedang mengkonsumsi rumput dan tampak pula bak – bak penampungan air sebagai tempat minum para sapi. Setiap area padang sabana tersebut di kelilingi dengan pagar kawat berduri. Melihat ke belakang kami bisa melihat kota Payakumbuh dari kejauhan. Sungguh luar biasa nikmat tuhan, dan ini merupakan surga mata. Hijau nan menyejukkan pikiran.

Selain itu udara dan cuaca sangat sejuk, rasanya ingin berlama-lama bersantai di Padang Mangateh. Tampak pula dari beberap pengunjung yang juga datang mengabadikan momen dengan berswa foto. Ada pula sebagian dari mereka yang sedang beristirahat karena lelah menelesuri destinasi ini.

Sampai pada akhirnya, kamipun harus kembali. Setelah puas menelusuri dan berolahraga di destinasi ciamik ini.

Oh iya, saya juga sempat bercerita dengan petugas lainnya. Karena memang ada yang mengganjal di pikiran saya, terkait dengan jumlah sapi jantan yang tak banyak. How or bagaimana cara sapi jantan tersebut bisa membuahi sapi-sapi betina yang banyak.

Karena saya tidak punya background tentang peternakan, lalu petugas yang saya ajak ngobrolpun menjelaskan. Sistem pembuahan yang dilakukan pada ternak ini dengan melakukan kawin suntik atau yang sering di kenal dengan Insemnasi buatan. Cara atau prosesnya adalah dengan menggandakan sperma milik sapi jantan yang kemudian dibekukan. Selanjutnya yang dilakukan adalah dengan memasukkan mani (sperma atau semen) beku yang telah dicairkan dan telah diproses ke dalam saluran alat kelamin betina. Metode memasukkan mani tersebut dengan alat khusus yang disebut ‘insemination gun‘. Sehingga peternakan tersebut bisa terus menghasilkan sapi sapi unggul, walau jumlah jantan tak banyak. Salah satu keuntungannya adalah bisa mengatur jarak dan waktu kelahiran ternak dengan baik, sehingga pengelolaan sapi menjadi lebih baik.

Baca Juga :  Air Terjun Batang Marambuang, Pesona Indah Air Terjun Malalak Agam
New Zealand ? Bukan ! Ini Padang Mangateh Payakumbuh
Pemandangan yang indah

Sungguh pengalaman yang benar-benar mengedukasi di Padang Mangateh Payakumbuh ini. Oh iya beberapa hari sebelum cerita ini saya buat, ada kabar kalau BPTUHPT mulai kembali di tutup. Tidak tahu pasti hingga kapan penutupan ini akan terus terjadi. Saya cuma bisa berharap kepada teman-teman yang bakal atau ingin datang ke destinasi ini untuk belajar dari apa yang saya dapat saat mengunjunginya.

New Zealand ? Bukan ! Ini Padang Mangateh Payakumbuh
Hai, ape lo

Mulai bangun diri untuk lebih baik menghargai alam dan selalu menjaganya. Selalu buang sampah pada tempat yang telah disediakan. Karena apa ? diketahui dari para petugas jika penyumbang perusakan ekosistim di lokasi ini banyak dari kalangan remaja. So, jika ingin datang mohon benar-benar dengan tujuan belajar sambil berwisata dengan mengisi pendaftaran online sebagai berikut :

  1. Lakukan pendaftaran dengan mengisi formulir secara online.
  2. Lakukan maksimal satu minggu sebelum kunjungan teman-teman.
  3. Jangan lupa untuk membawa bukti print out pendaftaran saat datang ke BPTUHPT.
  4. Bawa surat pengantar dari instansi, lembaga, komunitas yang mengirim sesuai dengan format yang berlaku.
  5. Apabila kunjungan bersifat kedinasan atau terkait di bawah arahan dinas, lembaga, maupun instansi materi edukasi peternakan, wajib menaati seluruh syarat yang berlaku di BPTUHPT.
  6. Setiap pengunjung yang telah dibolehkan atau mendapat konfirmasi masuk, harus mematuhi seluruh aturan dan disiplin di BPTUHPT. Selain itu kunjungan dilaksanakan pada hari dan jam kerja.
  7. Apabila kunjungan yang dilakukan sifatnya pribadi atau umum tidak diverifikasi.
  8. Setiap pengunjung yang tidak membawa ataupun tidak dapat melihatkan tanda bukti konfirmasi serta tidak dapat melengkapi syarat-syarat yang diberi oleh BPTUHTP, tidak diizinkan untuk memasuki areal pembibitan BPTUHTP.
New Zealand ? Bukan ! Ini Padang Mangateh Payakumbuh
Karena lebih bagus bagian punggung

Walaupun sedikit nyesek dengan berbagai syarat di atas, yang pasti ini dilakukan demi menjaga kelestarian Padang Mangateh Payakumbuh. Sehingga pengunjung yang datang dapat berkontribusi untuk kelangsungan peternakan ini ke depan.

Dan walaupun di media sosial masih saja ada pengunjung yang bisa masuk tanpa membuat surat pengantar, mohon tidak diikuti. Karena sejujurnya kolusi dan nepotisme itu tetap ada dimanapun. Btw baca juga ya artikel saya tentang air terjun Langkuik Tinggi di Malalak. Salam olahraga!

43 tanggapan pada “New Zealand ? Bukan ! Ini Padang Mangateh Payakumbuh”

  1. Padang mangateh ini membuat impian saya punya sapi dan peternakan yang hampir dingin menjadi hangat kembali. Haha, liat sapinya gemuk gemuk gitu bikin saya gemes.
    Kelakuan pengunjung beneran bikin miris ya mas Andrew. Buang sampah sembarangan itu perilaku minus sekali.. merugikan bukan hanya orang lain , tapi juga ternak yang makan sampah

  2. Denger-denger, akses masuk kesini udah dibatasi ya bang? Gak semua boleh. Harus izin dulu atau cuma org tertentu aja yg boleh masuk?

    Aku belum pernah main kesini nih. Tp papa cerita waktu kesini ama temennya, yaaa asyik berasa di padang gembala haha

  3. Sedih ya mendengar cerita perilaku kurang bijak para pengunjung yang hanya mikirin kesenangan pribadi. Sapi sapi jadi kurus dan tentu kurang produktif. Harusnya pengunjung yang mendapat manfaat dari indahnya tempat ini membayar dengan menjaganya tetap bersih dan asri. Kalau sapi bisa ngomong mungkin mereka akan teriak “pergi sana jauh-jauh, jangan ganggu ketenangan kami” hehe.. btw memang indah betul pemandangannya kak, netizen pasti gatal mau selfie dan post, hahaha

  4. Kesadaran diri memang diperlukan kemanapun dan dimanapun berada. Patuhilah peraturan yang dibuat untuk kemashlahatan tak hanya manusia tapi juga makhluk hidup lain yaitu hewan dan tumbuhan. Semoga artikel ini banyak yang membaca agar menumbuhkan kesadaran untuk lebih bijak terhadap sesama makhluk ciptaan Tuhan

  5. Sapi nya ganteng ganteng banget yaa! Baca ceritanya bang Andrew langsung kepengen juga ke sana, sayang sekali sekarang sudah ditutup untuk umum. Jadi ingat pernah juga ke BIB yang di Lembang, walaupun lokasinya jauh lebih kecil, tapi lumayan lah, bisa melihat secara langsung wuju dsi sapi-sapi ganteng. Gagah dan besar sekali, berbeda dengan ukuran sapi ternak pada umumnya. Semoga Padang Mangateh ini bisa merevisi kebijakannya, memperbolehkan pengunjung umum masuk, walau dengan syarat ketat, aku rela deh. Hihihi..

  6. So sad.
    Ini kenapa kita manusia disebut sebagai pem unuh paling sadis! Karena kita ini ga mikirin mahluk lain. Seharusnya mereka datang meng explore dan menyerap knowledge dari tempat ini dan ikut membantu agar terus berkembang malah menyumbang kerugian terhadap ternak.

  7. Masyaa Allah, pemandangannya indah banget ya. Masih ijo royo2, adem dan pasti nyaman berada disana. Btw, sapinya banyak banget ya. Sedih deh kl ternyata masih ada beberapa oknum yg berbuat tdk baik sehingga berakibat fatal dgn lingkungan di sekitarnya. Smg mereka yg melakukan itu dapat hidayah agar tdk melakukannya lagi

  8. Kok aku ngakak ya foto terakhir sayang ya kak kalau area seindah itu rusak. Paling tepat memang kalau ditutup untuk umum. Kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan masih minim padahal mereka udah diijinkan masuk hiks.

  9. Asli tempatnya bagus sekali
    betul sekali kata pengelola tadi bahwa pengunjung banyak yang kurang menyadari bahwa daerah tersebut bukan tempat umum apalagi tempat wisata tapi merupakan peternakan yang harus tentunya dijaga apalagi jumlah sapi nya banyak sekali hingga 2000an

  10. Manusia level satu ada di mana-mana dan sayangnya jika kebanyakan remaja bersikap selfish padahal itu tidak baik.
    Saya genes baca kisahnya, padahal ekosistem itu tidak ternilai harganya. Eksistensi adalah hal yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan terjaganya lingkungan hidup yang baik. Semoga petugas nakal tidak di sana lagi.

  11. Iya kasian emang bagi sapi sapinya, sebagai makhluk pecinta semua makhluk kan vina sedih juga liat sobat vina disana mengurus 🙁 tapi pen masuk juga buat liat liat, tapi karena ada perizinan dan lainlainnya jadi tidak bisa 🙁 sad

  12. Wah pengen juga kesana bg. Bagus pemandangannya. Kasihan banget kalau sapi-sapinya jadi kurus akibat banyak memakan sampah. Harusnya pengunjung lebih sadar diri kan bg? Makasih informasi bg

  13. Wah, ternyata memang ini peternakan yang ditujukan untuk penelitian juga ya. Waktu itu pengin banget ke sini, tapi waktu dengar sudah dibatasi untuk kunjungan, jadi gak bisa deh. 🙁
    Emang sih, orang Indonesia masih banyak yang kurang bisa memposisikan diri dalam berwisata. Di taman bunga, bunga malah dirusak. Belum lgi buang sampah sembarangan. Haduh

  14. Duuuh, udah lama banget ga ke sini. Jadi rindu dengan udara segar dan aroma khas peternakan. Semoga para pengunjung yg datang bisa menjaga prilaku ya, sayang aja tempat wisata sebagus ini terkontaminasi sampah.

  15. Beneran cantik pemandangannya bang. Isu tentang ga lagi bebas masuk sini udah sempat dengar bang. Mind set kita emang berubah sejak mudah mengakses teknologi dan kurangnya rasa peduli sekitar karna ego pengen dapet momen bagus sesaat. Bukan lagi ingin menjaga supaya lestari dalam waktu Lama. Nice info bang.

  16. iya loh mirip banget. lumayan kalo mau gaya2an sok main ke LN, bisa jeprat jepret di sini. btw itu gaya sapinya tengil banget sih. mana juga ada yg santai kayak di pantai, padahal kan padang rumput

Tinggalkan Balasan ke Muhammad Nur Ardi Handayat Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *